BATAMHARIINI.COM - Survei Prof Hasbullah Thabrany tentang harga rokok tengah ramai diperbincangkan. Sejak akhir pekan kemarin, lewat pesan berantai whatsapp grup dan media sosial ramai diperbincangkan tentang harga rokok Rp 50 ribu.
Banyak yang salah paham soal harga rokok ini. Banyak yang sudah yakin kalau harga Rp 50 ribu itu menjadi kebijakan pemerintah. Padahal itu hanya hasil survei guru besar UI Prof Thabrany. Belum ada keputusan apapun dari pemerintah.
"Saya survei menanyakan ke masyarakat, kalau rokok dinaikkan supaya anak sekolah dan orang miskin tidak kembali merokok berapa harganya?" jelas Thabrany (63) membeberkan soal surveinya, Senin (22/8/2016).
Pada Januari 2016 survei itu dilakukan. Dia mensurvei 1.000 responden dan 40 persennya merupakan merokok.
"72 persen responsen itu menyebut angka Rp 50 ribu," tegas dia.
Pada akhir Juli lalu kemudian dia memuat hasil survei ke jurnal ilmiah. Dan jelang akhir Agustus ini baru ramai orang memperbincangkan.
"Survei saya itu dibiayai Bloomberg, ini murni dana hibah. Saya tidak memberikan imbal apapun ke mereka. Dapat dana kemudian saya lakukan penelitian dan hasilnya disampaikan ke masyarakat," tegas Thabrany yang berhenti merokok pada 1989.
Thabrany juga mengungkapkan, sebenarnya sebelum angka Rp 50 ribu itu, ada angka lainnya. Mulai dari Rp 25 ribu hingga Rp 35 ribu, tetapi masyarakat mengaku masih mau dan rela membeli, hingga kemudian di angka Rp 50 ribu masyarakat tak mau membeli. Persoalannya selama ini pelajar dan orang miskin justru banyak yang menjadi perokok. Dengan harga tinggi, mereka akan dicegah.
"Dan kami tanyakan juga, apakah cukai rokok ini apabila uangnya dialihkan ke JKN untuk berobat masyarakat, mereka setuju. Kalau cukai rokok dinaikkan menjadi Rp 30 ribu, bisa mendapatkan Rp 70 triliun dan masyarakat setuju uangnya untuk biaya berobat, asal jangan bocor," tutup dia.
Sumber : Detik